TULUNGAGUNG, ANTARAdaily.com – Bulan suci Ramadan yang seharusnya dipenuhi dengan suasana religius dan ketenangan justru ternoda oleh maraknya praktik perjudian di Tulungagung. Sabung ayam, dadu, hingga cap jiki dikabarkan beroperasi secara bebas tanpa hambatan. Ironisnya, perjudian ini seolah-olah mendapat “restu” dari aparat penegak hukum dan pemerintah daerah, yang dinilai gagal dalam melakukan penindakan.
Sejumlah warga mengungkapkan keresahan mereka. “Dulu Tulungagung dikenal aman dan tentram, tapi sekarang malah seperti pusat perjudian. Bahkan di bulan suci pun mereka tetap beroperasi tanpa rasa takut,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Lebih mengejutkan lagi, lokasi-lokasi perjudian ini terus berkembang. Setidaknya 12 titik perjudian terpantau aktif di berbagai kecamatan, termasuk di wilayah Rejotangan yang baru-baru ini ramai diperbincangkan. Tidak hanya masyarakat biasa yang membahas, tetapi juga media dan LSM yang turut menyoroti fenomena ini.
Namun, alih-alih melakukan penertiban, aparat justru disebut lebih sibuk mengatur strategi komunikasi ketika perjudian ini mencuat ke permukaan.
“Ada dugaan atensi besar-besaran. Polisi hanya terlihat sibuk ketika ada pemberitaan, bukan sibuk membubarkan. Beberapa oknum bahkan terlihat di lokasi seolah menjadi bagian dari permainan,” kata seorang aktivis lokal yang menolak disebut namanya.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah aparat benar-benar tidak mengetahui atau justru membiarkan praktik perjudian ini terus berlangsung?
Masyarakat kini menunggu tindakan nyata dari pihak terkait. Akankah mereka benar-benar bertindak, atau justru membiarkan citra Tulungagung semakin tercoreng sebagai “surga perjudian” di Jawa Timur?
Hingga berita ini diturunkan, media ini masih berupaya mengonfirmasi pihak terkait. (Yus/red)