Diduga Cemarkan Profesi Jurnalis, Eko Prayitno Jadi Sorotan Wartawan Pasuruan

Potongan scrensot Website mati. Dan wajah Eko, hati-hati bagi calon korbannya.

PASURUAN, Antaradaily.com – Nama Eko Prayitno, seorang pria yang mengaku sebagai wartawan, kini tengah menjadi perhatian serius di kalangan jurnalis Pasuruan Raya. Tindak-tanduknya dinilai tidak selaras dengan nilai-nilai etika jurnalistik dan dikhawatirkan mencoreng citra profesi kewartawanan yang seharusnya menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme.

Sejumlah rekan seprofesi mengungkapka keprihatinan atas keberadaan Eko di lingkungan pers. Ia disebut jarang menunjukkan komitmen atau kualitas kerja yang sepadan dengan predikat seorang jurnalis.

“Dia membawa identitas pers, tetapi tindakannya jauh dari semangat jurnalistik. Lebih terkesan sebagai perantara kepentingan pribadi ketimbang sebagai pewarta informasi,” ungkap salah satu wartawan senior di wilayah Pasuruan.

Eko diketahui, kerap hadir dalam berbagai agenda jumpa pers di lingkungan kepolisian, baik di tingkat Polres maupun Polda Jawa Timur. Namun, bukan karena kontribusi liputannya yang menonjol, melainkan karena dugaan bahwa ia menggunakan kesempatan tersebut untuk kepentingan non-jurnalistik. Beberapa sumber menyebut bahwa, Eko kerap melakukan pendekatan kepada pelaku usaha, seperti pemilik warung kopi, dengan membawa nama medianya untuk meminta imbalan tertentu.

Baca Juga :  Dua Oknum Wartawan Pasuruan Bikin Gaduh! Dari Dugaan Backing Miras hingga Manipulasi Jabatan Pers

“Tindakan seperti ini mencederai kepercayaan publik terhadap profesi wartawan. Sepengetahuan kami, ia jarang melakukan peliputan langsung, dan karya jurnalistiknya pun belum pernah kami temui. Lebih banyak terlihat menyalin berita dari media lain tanpa kontribusi nyata,” tambah narasumber yang enggan disebutkan namanya.

Lebih mengkhawatirkan lagi, Eko juga dikaitkan dengan sejumlah aktivitas yang berada di luar koridor etis dan hukum. Ia disebut-sebut terlibat dalam operasional usaha yang belum memiliki izin resmi, seperti pabrik briket di wilayah Pandaan, serta diduga turut memfasilitasi peredaran minuman keras di kawasan tersebut. Keterlibatannya menimbulkan kekhawatiran bahwa identitas sebagai wartawan digunakan sebagai tameng untuk kepentingan yang tidak sejalan dengan hukum dan moral publik.

Baca Juga :  Diduga Bersekongkol, Dua Oknum Wartawan Terlibat Upaya Pemerasan Berkedok Pemberitaan

Pihak redaksi dari media tempat Eko bernaung pun disebut tengah menghadapi tekanan akibat sorotan publik terhadap sikap dan perilaku Eko. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut terkait profesionalisme lembaga media yang bersangkutan.

Tidak berhenti di situ, beberapa warga juga mengaku pernah menjadi korban dari dugaan penipuan yang dilakukan Eko, yang saat itu mengklaim sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN). Modus ini disinyalir digunakan untuk memberikan tekanan atau menciptakan rasa takut di kalangan masyarakat.

“Awalnya kami percaya karena ia mengaku aparat. Tapi ternyata tidak ada bukti. Bahkan hasil liputannya sebagai wartawan pun tidak pernah kami lihat,” ujar salah seorang warga yang nyaris menjadi korban.

Baca Juga :  Kapolri Lepas 700 Buruh Terdampak PHK Untuk Kembali Bekerja, Wujud Kolaborasi Selesaikan Permasalahan Industrial

Berdomisili di Desa Randupitu, Kecamatan Gempol, Eko juga disebut tidak mendapatkan dukungan atau kepercayaan dari masyarakat sekitar. Warga menilai bahwa tindakannya sering kali bertolak belakang dengan semangat pelayanan informasi publik yang seharusnya diemban oleh seorang jurnalis.

“Omongannya besar, tapi kontribusinya tidak ada. Kalau memang wartawan, seharusnya membawa informasi dan edukasi, bukan justru meresahkan,” ungkap seorang tokoh warga.

Sementara itu, media yang disebut-sebut sebagai tempat Eko bernaung, yakni IstanaNegara, juga menjadi sorotan. Situs resminya tidak dapat diakses, yang memicu spekulasi mengenai keberadaan dan kredibilitas media tersebut. Ketidakjelasan ini semakin memperkuat dugaan bahwa status Eko sebagai wartawan layak dipertanyakan, dan juga media yang dibawanya sekedar dijadikan kedok semata. (Budi/ko)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *